Waspada! Bahaya makanan olahan penyebab utama obesitas, simak penjelasan ahli gizi dan kesehatan dunia

- Minggu, 27 November 2022 | 08:08 WIB
Bahaya makanan olahan. (pexels)
Bahaya makanan olahan. (pexels)

SELEBRITIINSIDER – Ahli gizi dan kesehatan dunia tidak pernah merekomendasikan mengonsumsi makanan olahan. Bahkan penelitian terbaru mendukung klaim makanan ini sebagai penyebab utama obesitas di dunia western.

Dikutip SELEBRITIINSIDER.COM dari laman PMJ News, Minggu (27/11/2022), profesor Universitas Sydney David Raubenheimer dan Stephen Simpson mulai mendorong hipotesis ini pada 18 tahun lalu.

Baca Juga: Jangan sepelekan! Ini lima dampak kesehatan jika kekurangan minum air putih

Menurutnya, seseorang cenderung makan sampai kebutuhan protein hariannya terpenuhi, sebab tubuh manusia memiliki keinginan alami untuk mencari dan mengonsumsi protein.

Namun, makanan olahan yang menjadi bagian besar makanan western yang biasanya cenderung rendah protein, akhirnya dikonsumsi dalam jumlah besar.

Studi terbaru dari tim U Sydney yang dipimpin oleh Dr. Amanda Grech, para peneliti menganalisis data dari Survei Diet dan Aktivitas Fisik Nasional, yang mendokumentasikan diet dan aktivitas fisik 9.341 orang dewasa Australia antara Mei 2011 dan Juni 2012.

Baca Juga: Ini lima manfaat daun seledri bagi Kesehatan tubuh manusia, kamu harus tau…

Dalam survei tersebut ditemukan bahwa orang yang makan sarapan rendah protein cenderung makan makanan dalam jumlah yang lebih besar pada waktu makan berikutnya.

Temuan ini mendukung hipotesis karena menunjukkan bahwa orang berusaha memenuhi kebutuhan proteinnya dengan makan lebih banyak di siang hari.
Demikian pula juga orang yang sarapan berprotein tinggi, maka akan mengonsumsi makanan lebih sedikit untuk makan berikutnya.

Perlu dicatat, orang yang sarapan berprotein tinggi cenderung makan lebih sedikit makanan berenergi tinggi di kemudian hari yang tinggi lemak jenuh, gula, dan garam.

"Hasilnya mendukung penjelasan ekologis dan mekanistik yang terintegrasi untuk obesitas, di mana diet rendah protein yang diproses tinggi mengarah pada asupan energi yang lebih tinggi sebagai respons terhadap ketidakseimbangan nutrisi yang disebabkan oleh keinginan protein yang dominan," ucap Prof Raubenheimer.

Baca Juga: Bang Yedam dan Mashiho keluar dari TREASURE, kondisi kesehatan dan pindah profesi jadi alasan

Dengan kata lain, ini mendukung peran penting protein dalam epidemi obesitas, yang berdampak besar pada kesehatan global. ***

Editor: Arafat

Sumber: PMJ News

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X